Studio Recording Kelas Kamar
01.35Kali ini Eargasm Radio akan sedikit memberikan gambaran serta suka duka "Studio Recording Kelas Kamar"
Suatu ketika gue mendatangi teman lamanya yang selama 2 tahun nggak ketemu sebut saja Syahroni, 1 hal yang pertama ditanyakan adalah kabar yang tentu saja jawabannya sama; Baik banget! Yang berikutnya adalah lo sekarang sibuk apa? Tentu saja gue jawab dengan jawaban yang sama dengan 2 Tahun yang lalu. Yang bikin gue sedikit menggelitik adalah jawaban dia "Gue juga masih kuliah tapi sambi bikin recording gitu" Nah! dari jawaban itu yang kemudian membuat gue tertarik untuk mengetahui "Gimana sih cara sebuah lagu direkam?"
Awalnya doi hanya iseng membuat recording gitar di kamar, sebatas iseng sekalian untuk review gimana sih kalau orang lain denger gue main gitar? Udah rapikah? Atau masih butuh tambal sana-sini? Atau emang gue gak bisa main gitar sama sekali? Yang terakhir nggak mungkin sih, mengingat jam terbangnya udah termasuk banyak.
Hanya bermodal sebuah Pc Mac, audio interface, Mic condenser, Ampli kamar (Sebutan untuk ampli gitar watt kecil) dan tentu saja gitar listrik. Namun dari keisengan tersebut apesnya Roni kena sindrom GAS (Akan dibahas di artikel berikutnya) yang tadinya dari sebuah iseng rekaman gitar menjadi lengkap full set: Bass, Keyboard, Drum listrik, hingga vocal. Sampai akhirnya ia mengambil kelas tentang recording audio di salah satu sekolah audio di Yogya.
"Yaaah awalnya gue iseng doang, eh sekarang malah jadi sampingan" Ungkapnya sambil mengebulkan asap rokok dari mulutnya
Berawal dari iklan BM lewat aplikasi chating, posting media sosial, hingga "nitip" iklan waktu manggung akhirnya Roni dapet klien pertama, seorang perempuan yang ingin merekam lagunya sebanyak 2 biji.
"Awalnya per lagu gue patok harga 200-400 lah itung-itung penglaris dulu, kalau sekarang sih gue nggak matok harga, liat materinya dulu kalau susah bisa lah dimahal-mahalin"
Dari sini mulai Roni menjelaskan bagaimana sebuah lagu didigitalisasikan.
Langkah awal tentu saja sesi briefing dulu tentang bagaimana bunyi lagu ini? ambil dari nada dasar apa? setelah kelar urusan baru mulai rekaman itu sendiri dengan menggunakan mic condensor dan headphone yang berisi suara metronome yang menjadi patokan tempo. Walaupun di tengah-tengah lagu lirik berubah menjadi "hahaha" atau yang parah lupa lirik, namun rekaman berjalan lancar. Setelah itu baru mulai yang paling krusial yakni processing / mixing menggunakan software yang kalau beli original bisa mencapai 20an Juta.
"Kalau ada yang gratis kenapa nggak?" Ucapnya sambil terkekeh ketika gue menjawab apakah software yang dia pakai original.
Setelah process selesai baru mulai finishing dengan cara mengubah file mentah yang berlayer-layer menjadi 1 file lagu, untuk format bebas terserah sesuai permintaan. Bisa Flac, Mp3, AAC, atau WAV. Hal yang sama juga berlaku untuk alat musik lain. Gimana? Simple kan? Kalau cuma baca sampai sini ya memang simple. Tapi apa lo semua ngira kalau saat processing itu bisa sampai 8 Jam Non-Stop?
"Jadi gini bro, kalau gue nih belum bisa waktu mixing gue tinggal terus lanjut besok. Mood itu ngaruh banget di sini, jadi kalau ada gawe ya mau nggak mau harus gue kelarin sekali jalan"
Belum lagi di tambah Roni menggunakan headphone 32Ohm untuk monitoring karena takut mengganggu orang lain apabila pakai speaker monitor. Bisa kebayang kan gimana panasnya tuh kuping?
"Yang paling parah nih bro, gue pernah dapet proyek band rekaman 1 album 9 lagu. Dari pemain alat musik gue acungin jempol, cuma permak dikit doang. Tapi vokalisnya ampun dah, nggak ngerti nada! Jadi biar cepet dia gue suruh baca lirik aja jangan dinyanyiin yang penting tempo harus pas, ntar baru deh gue belokin tune-nya. Gimana nggak gedeg tuh gue harus tune vocal dari awal ke akhir nyampe 9 lagu?"
Gue hanya geleng-geleng membayangkan kalau gue ada di posisi dia mungkin bakal gue suruh rekaman vocal di tempat lain.
"Yah lumayan lah duitnya emang gak gede-gede amat tapi paling nggak gue bisa beli rokok sama makan pake duit sendiri" Ucapnya sembari memberikan kartu nama profil Studio Recording kelas kamarnya
0 comments