GAS; Sebuah Sindrom Yang Terselubung

Apaan sih GAS? GAS tabung? GAS Elpiji?

No...

GAS itu Gear Acquisition Syndrome, dari namanya juga udah jelas kan?

Para penderita GAS ini kebanyakan orang yang hobi otomotif, fotografi dan musik, namun tidak menutup kemungkinan dari hobi lain juga dapat terjangkit sindrom ini. Gue ambil contoh gampang aja deh dari 3 hobi yang disebut di atas.

Hobi Otomotif:
Seorang offroader sangat menginginkan mengganti ban-nya dengan ban KOMODO padahal ban yang dia pakai saat ini sudah sangat mumpuni untuk kegiatan rutin offroadnya karena hanya sekedar di sirkuit offroad buatan. Namun karena hasrat yang menggebu-gebu tersebut akhirnya dia beli juga ban KOMODO. Ujung-ujungnya? ya sama aja rasanya nggak ada bedanya, nyesel deh.

Hobi Fotografi:
Kalau ini salah satu dari pegawai Eargasm Radio yang mengalami. Suatu saat gue mengantar dia ke mangga dua untuk membeli lensa "Sapu Jagat" 18-200mm dengan posisi dia saat ini mempunyai lensa 35mm. Beberapa hari kemudian gue tanya lagi gimana review dari lensa itu. Dia cuma jawab "Ga pernah gue pake, masih enakan 35mm terus main crop"

Hobi Musik:
Masih dari internal Eargasm Radio juga. Ada orang yang sampai punya 4 gitar dan belasan efek stombox serta 2 ampli head cabinet dan 1 ampli 8W. Waktu di tanya alat mana yang paling sering pakai. Dia hanya menunjuk sebuah gitar pabrikan lokal yang harganya paling rendah diantara gitar lainnya dan ampli mungil tanpa menggunakan efek satu pun.

Makin jelas kan?

Dari sisi ilmu psikologi sebenarnya banyak teori yang bisa mengulas dan menjelaskan gejala OBSESI UNTUK MEMBELI ini. Seorang GASSER memiliki kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan kebutuhan tertentu dalam dirinya yang membuat dia tergerak untuk selalu memantau Forum Jual Beli di suatu Forum belanja atau di toko toko online, atau nongkrong di toko sambil mengobrol dan mengincar barang yang terkadang tidak terlalu dibutuhkan.

Jadi apakah lo tergolong seorang GASSER, jika iya apa motivasi lo? Belanja dengan mengikuti selera yang tidak jelas? atau berburu barang yang benar-benar kamu butuhkan? atau benar-benar murni sebagai seorang kolektor sembari ber-Investasi? salam NGEGAS!!!

Studio Recording Kelas Kamar

Kali ini Eargasm Radio akan sedikit memberikan gambaran serta suka duka "Studio Recording Kelas Kamar"

Suatu ketika gue mendatangi teman lamanya yang selama 2 tahun nggak ketemu sebut saja Syahroni, 1 hal yang pertama ditanyakan adalah kabar yang tentu saja jawabannya sama; Baik banget! Yang berikutnya adalah lo sekarang sibuk apa? Tentu saja gue jawab dengan jawaban yang sama dengan 2 Tahun yang lalu. Yang bikin gue sedikit menggelitik adalah jawaban dia "Gue juga masih kuliah tapi sambi bikin recording gitu" Nah! dari jawaban itu yang kemudian membuat gue tertarik untuk mengetahui "Gimana sih cara sebuah lagu direkam?"

Awalnya doi hanya iseng membuat recording gitar di kamar, sebatas iseng sekalian untuk review gimana sih kalau orang lain denger gue main gitar? Udah rapikah? Atau masih butuh tambal sana-sini? Atau emang gue gak bisa main gitar sama sekali? Yang terakhir nggak mungkin sih, mengingat jam terbangnya udah termasuk banyak.

Hanya bermodal sebuah Pc Mac, audio interface, Mic condenser, Ampli kamar (Sebutan untuk ampli gitar watt kecil) dan tentu saja gitar listrik. Namun dari keisengan tersebut apesnya Roni kena sindrom GAS (Akan dibahas di artikel berikutnya) yang tadinya dari sebuah iseng rekaman gitar menjadi lengkap full set: Bass, Keyboard, Drum listrik, hingga vocal. Sampai akhirnya ia mengambil kelas tentang recording audio di salah satu sekolah audio di Yogya.

"Yaaah awalnya gue iseng doang, eh sekarang malah jadi sampingan" Ungkapnya sambil mengebulkan asap rokok dari mulutnya

Berawal dari iklan BM lewat aplikasi chating, posting media sosial, hingga "nitip" iklan waktu manggung akhirnya Roni dapet klien pertama, seorang perempuan yang ingin merekam lagunya sebanyak 2 biji.

"Awalnya per lagu gue patok harga 200-400 lah itung-itung penglaris dulu, kalau sekarang sih gue nggak matok harga, liat materinya dulu kalau susah bisa lah dimahal-mahalin"

Dari sini mulai Roni  menjelaskan bagaimana sebuah lagu didigitalisasikan.

Langkah awal tentu saja sesi briefing dulu tentang bagaimana bunyi lagu ini? ambil dari nada dasar apa? setelah kelar urusan baru mulai rekaman itu sendiri dengan menggunakan mic condensor dan headphone yang berisi suara metronome yang menjadi patokan tempo. Walaupun di tengah-tengah lagu lirik berubah menjadi "hahaha" atau yang parah lupa lirik, namun rekaman berjalan lancar. Setelah itu baru mulai yang paling krusial yakni processing / mixing menggunakan software yang kalau beli original bisa mencapai 20an Juta.

"Kalau ada yang gratis kenapa nggak?" Ucapnya sambil terkekeh ketika gue menjawab apakah software yang dia pakai original.

Setelah process selesai baru mulai finishing dengan cara mengubah file mentah yang berlayer-layer menjadi 1 file lagu, untuk format bebas terserah sesuai permintaan. Bisa Flac, Mp3, AAC, atau WAV. Hal yang sama juga berlaku untuk alat musik lain. Gimana? Simple kan? Kalau cuma baca sampai sini ya memang simple. Tapi apa lo semua ngira kalau saat processing itu bisa sampai 8 Jam Non-Stop?

"Jadi gini bro, kalau gue nih belum bisa waktu mixing gue tinggal terus lanjut besok. Mood itu ngaruh banget di sini, jadi kalau ada gawe ya mau nggak mau harus gue kelarin sekali jalan"

Belum lagi di tambah Roni menggunakan headphone 32Ohm untuk monitoring karena takut mengganggu orang lain apabila pakai speaker monitor. Bisa kebayang kan gimana panasnya tuh kuping?

"Yang paling parah nih bro, gue pernah dapet proyek band rekaman 1 album 9 lagu. Dari pemain alat musik gue acungin jempol, cuma permak dikit doang. Tapi vokalisnya ampun dah, nggak ngerti nada! Jadi biar cepet dia gue suruh baca lirik aja jangan dinyanyiin yang penting tempo harus pas, ntar baru deh gue belokin tune-nya. Gimana nggak gedeg tuh gue harus tune vocal dari awal ke akhir nyampe 9 lagu?"

Gue hanya geleng-geleng membayangkan kalau gue ada di posisi dia mungkin bakal gue suruh rekaman vocal di tempat lain.

"Yah lumayan lah duitnya emang gak gede-gede amat tapi paling nggak gue bisa beli rokok sama makan pake duit sendiri" Ucapnya sembari memberikan kartu nama profil Studio Recording kelas kamarnya

Formasi Baru Hellcrust


Unit death metal asal Jakarta, Hellcrust, baru saja resmi mengumumkan formasi terbaru mereka dengan kehadiran vokalis anyar mereka, Japra, atau yang dulu sewaktu di Siksakubur lebih dikenal sebagai Japs. Ia masuk menggantikan vokalis sebelumnya, Wiro yang hengkang pada Senin (3/8) kemarin. Pengumuman resmi ini datang hanya berselang satu hari setelah pengumuman gitaris anyar mereka, Baken Nainggolan yang juga direkrut dari band yang sama. “Kami sempat vakum sebenarnya setahun karena Ario sakit, dan mungkin karena kami nggak bisa jalan bareng sama Ario lagi, akhirnya kami merekrut Baken. Sebenarnya intens personel yang baru ini, Baken baru masuk, dan Wiro juga harus keluar, dan kami coba Japra sekarang. Jadi sebenarnya ini formasi yang masih baru banget,” jelas sang drummer, Andyan Gorust, kepada Rolling Stone. Mewakili pihak Hellcrust, Gorust pun menyebutkan alasan dibalik perekrutan Baken maupun Japs, “Masuknya Baken bisa dibilang instan, kami sudah nggak perlu lagi jamming berlama-lama. Japra juga sama, karena sebenarnya muka-muka lama. Muka-muka lama yang kami udah tahu kapasitas mereka bagaimana, se-instan itu. Karena dulu gue di Siksakubur kenal sama Japra sudah lama, jadi tahu bagaimana dia berkarya, Japra ke Nyoman juga begitu,” kata Gorust. Dengan masuknya Japs, maka kini tercatat ada empat mantan anggota Siksakubur yang bergabung di Hellcrust. Selain Alan (yang juga merupakan bassist Deadsquad), Japs, Gorust, Baken dan Nyoman (gitaris) adalah mantan personel Siksakubur pada kurun waktu yang berbeda. Jika Japs dan Gorust mendekam di Siksakubur pada dekade pertengahan '90-an hingga awal 2000-an, maka Nyoman dan Baken pada waktu berikutnya. “Tapi kami nggak pernah merencanakan ini bakal mantan personel Siksakubur semua,” kata Gorust. “Karena waktu itu kebetulan Alan posisinya lagi sering jalan bareng Baken, itu kenapa kami ketemu Baken. Jadi begitu cari penggantinya Ario, yang kepikirannya pasti Baken,” imbuh Gorust. “Untuk Japra, dari awal di Deadsquad, pas nyari vokalis sih gue udah kepikiran dia. Tapi waktu itu kan situasinya dia nggak free seperti sekarang,” tambah Gorust lagi. Japs pun menambahkan kalau ia tak ambil pusing dengan komentar orang tentang formasi terbaru Hellcrust ini. “Terserah orang mau ngomong apa, ada empat orang bekas Siksakubur, mau dibilang Siksakubur ‘perjuangan’ atau semacamnya, tetap saja musiknya beda sama Siksakubur,” tandasnya. Dengan formasi baru ini, Hellcrust kini tengah disibukan dengan persiapan dan pematangan album terbaru mereka. Rencananya September nanti, mereka akan masuk studio untuk rekaman album kedua. Hellcrust sendiri baru berdiri pada 2011 silam, satu tahun setelahnya, mereka langsung merilis album pendek pertama yang berjudul Dosa.

Eargasm Radio tempat di mana lo pada bisa menikmati musik dari sudut pandang berbeda